Puasa bukan alasan untuk bermalasmalasan, termasuk dalam soal aktivitas fisik. Olahraga misalnya, bisa dilakukan dengan menyesuaikan waktu dan intensitas latihan.
Kebiasaan bermalas-malasan saat berpuasa justru berakibat badan menjadi lemas dan daya kerja tubuh tidak optimal. Stamina lemah membuat penyakit mudah datang.
Padahal, bila dilakukan dengan benar, puasa justru membuat tubuh menjadi sehat. Jika tidak berpuasa, saluran pencernaan bekerja ekstra keras, maka saat puasa pekerjaan jadi lebih ringan. Asam lambung dan enzim pun dapat beristirahat dengan baik. Saat puasa itulah zat racun sebagai sumber penyakit pun dibuang.
Keteraturan frekuensi makanan dengan takaran yang tepat, memberi dampak pada peningkatan kualitas profil darah. Karena itu saat puasa selesai, tubuh menjadi lebih sehat dibandingkan sebelumnya.
Namun, jika puasa dibuat alasan untuk malas, tentu tidak akan memberi manfaat bagi tubuh. Apalagi bila saat berbuka, justru dijadikan ajang balas dendam dengan makan tidak terkendali. Akibatnya,bukan sehat yang didapat, justru lemak yang bertambah.
“Bila itu ditambah dengan meninggalkan olahraga, efeknya adalah berat badan akan meningkat setelah Lebaran. Sebab, saat malam dia makan macam-macam, setelah itu tubuh tidak dipakai untuk apa-apa,” ungkap Personal Trainer Leader di Gold’s Gym Citraland Jakarta Bobby Ferdian.
Menurut dia, potensi penambahan berat badan sangat kuat, ditunjang perhatian yang kurang terhadap pola makan dan kebiasaan istirahat. Apalagi bagi mereka yang sebelumnya terbiasa olahraga, puasa justru membuat kegiatan tersebut dihentikan, akan terjadi penurunan drastis pada tubuh.
“Usahakan jangan berhenti sama sekali. Boleh menurunkan intensitas latihan, tapi jangan berhenti,” kata trainer yang terjun secara profesional sebagai instruktur sejak tujuh tahun lalu.
Selain menstabilkan kondisi tubuh, olahraga diperlukan untuk melatih sistem kardiovaskular. Olah pernapasan saat berolahraga dengan mengambil oksigen dapat meningkatkan kesegaran untuk aktivitas harian.
Namun, olahraga tersebut mesti dilakukan sesuai dengan porsi kekuatan daya tahan tubuh. Sebab, setiap orang memiliki daya tahan tubuh berbedabeda. Olahraga yang berat sementara kondisi tubuh lemah juga tidak baik. Itu sebabnya saat puasa intensitas olahraga bisa dikurangi, atau cara lainnya dengan mengambil olahraga yang memiliki intensitas rendah.
“Saat sebelum berbuka, kita bisa mengambil kelas aerobik yang intensitasnya rendah atau menengah, seperti yoga, pilates, body balance, tai chi, maupun kelas stretching,” tutur Bobby.
Untuk olahraga lain, bisa menggunakan sepeda, spinning atau jalan pakai treadmil. Olahraga seperti jalan sehat atau jalan cepat juga bisa menjadi pilihan. Olahraga kardio tersebut justru dianjurkan sebelum berbuka puasa. Latihan pembakaran yang berfungsi untuk kardiovaskular tersebut bermanfaat saat perut kosong.
Satu atau setengah jam sebelum berbuka, latihan kardio bisa membakar lemak untuk dipergunakan sebagai energi. Sembari menunggu waktu, pembakaran lemak akan berlangsung maksimal. “Setelah dia bisa minum yang manis untuk mengembalikan fisiknya seperti semula,” sebut Bobby.
Menurut personal trainer profesional lainnya, Jefry Sihite, latihan seperti, yoga, pilates, body balance, lebih pas dilakukan saat berpuasa. Selain intensitas rendah, latihan tersebut juga memiliki manfaat bagi pikiran dan jiwa.
Latihan seperti yoga mungkin terlihat sederhana, tapi gerakan tersebut tidak hanya mengandalkan kekuatan fisik. Saat berlatih, pikiran yang fokus sangat dibutuhkan. Gerakan-gerakan sederhana tersebut membutuhkan konsentrasi tinggi. Pikiran pun harus rileks untuk bisa melakukan latihan yang ada.
“Latihan ini bagus dilakukan saat berpuasa. Selain intensitasnya rendah, latihan ini juga melatih mind and body,” ujar Jefry yang kini menjabat Group Exercise Coordinator di Gold’s Gym Citraland Jakarta.
Rabu, 27 Agustus 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar